Sabtu, 19 November 2011

"Beruntung kalian masih diijinkan kuliah. Itu tandanya orang tua berusaha mengangkat derajat kalian," seorang ibu berkata kepadaku dan seorang teman ketika kami duduk bersampingan di kereta. Kami bertemu sore itu dengan kondisi berdesak-desakan di kereta api. Sang ibu baru pulang dari Surabaya, yang menurut penuturan beliau adalah Surabaya untuk kerja dan mencari rizki. "Apapun ilmunya, dimanapun menuntutnya, asal ilmu itu bermanfaat, insyaAlloh berkah," tutur sang ibu lebih lanjut.

Apa yang dikatakan sang ibu hampir sama dengan apa yang dikatakan ayah padaku. Teringat beberapa tahun silam, ketika aku memutuskan untuk berhenti kuliah dan hanya menjawab, "aku tidak suka" pada ayah yang menyakan alasanku kenapa berhenti kuliah. Tak banyak bercakap ayah kemudian mengabulkan permintaanku. Yah, memang tak banyak berkata. Itulah yang kemudian membuat aku merasa menyesal dan bertanya, "Apakah aku telah menyakiti ayah". Aku baru berani bertanya kepada ayah setelah mampu memenuhi janjiku kepadanya untuk bersungguh-sungguh di "tempat" perkuliahan baru. Beliau menjawab, "Mau kuliah dimanapun, jurusan apapun, asal memang kamu mempunyai niat untuk melakukannya, akan ayah usahakan. Yang penting ilmu itu akhirnya bermanfaat atau tidak. Karena hal itulah yang akan meninggikan derajat seseorang. Bukan tempat kuliahnya." Aku hanya diam mendengarkannya. Berusaha mencerna.

Memang bukan tempat yang berpengaruh besar terhadap langkah-langkah seseorang, melainkan diri orang itu sendiri. "Passion", ada baiknya yang perlu diperhatikan pertama kali adalah hal ini. Jika memang sesuatu itu telah menjadi "passion" maka langkah apapun yang dilakukan akan terasa bermakna. Bukan "tempat" atau "daerah" atau "kota" atau semacamnya yang menjadikan seseorang akan menunjukkan maknanya di dunia, melainkan "diri" orang itu sendiri. Sampai dibatas mana dia akan mengaktualisasikan "diri" nya, dengan "passion" yang dipunya.

Tak ada siapa yang lebih hebat dari siapa, apalagi jika hal tersebut hanya diukur dengan "tempat" keberadaan seseorang. Semua orang adalah hebat ketika dia merasa apa yang dia lakukan memberikan arti bagi orang lain, meskipun itu hanya sedikit. Mengenali diri lebih baik dilakukan terlebih dahulu, bukan berfokus kepada mengenali "tempat". Ilmu berada dimana saja, bisa diambil di tempat mana saja. Yang kemudian menjadi tolak ukur baginya adalah seberapa bermanfaat ilmu yang dipunya, karena ilmu yang bermanfaatlah yang akan meninggikan derajat seseorang.

Malang, 20 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar