Selasa, 14 Mei 2013

Cerita Pantai



Karena bagiku antara pantai dan kebahagiaan itu sama. Tak pernah cocok dengan kata “mengapa”

     Hari ini aku bermain-main di sana lagi. Pantai selalu berhasil membantuku menemukan jalan pulang. Bahwa kemanapun air bergerak, ia akan tetap mencari muaranya, segelintir lautan. Seperti halnya manusia, kemanapun ia bergerak, ia akan tetap mencari hatinya, seuntai rumah.
     Pantai Pasir Padi. Pantai ini pantai terdekat dari rumahku. Salah satu pantai di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Menikmati senja di sini menyenangkan, dan hanya membutuhkan 2000 perak saja, ah bahagia itu memang sederhana. Pengunjung yang datang ke pantai ini tak hanya menikmati suasana pantai yang sejuk, tetapi juga dapat menikmati jajanan di sekitar pantai. Bisa menikmati kelapa muda, jagung bakar, seafood, bakso, empek-empek, dan jajanan lain. Selain wisata jajanan, tak jarang pula terdapat beberapa pengunjung yang menyalurkan hobinya di sini. Mulai dari bersepeda keliling pantai, main bola, sampai balap motor.
     Seperti yang aku saksikan hari ini, beberapa pengunjung tengah bermain pesawat terbang mini yang dilengkapi dengan remote control. Mungkin itu sebuah perlombaan atau hanya sebuah cara saling berbagi pengetahuan tentang pesawat terbang mini masing-masing, aku kurang begitu tahu. Tapi yang jelas menikmati hobi sambil ditemani angin sejuk pantai itu merupakan kenikmatan tersendiri.
     Di pantai, aku suka melihat air laut yang tengah bergerak. Bagiku air laut itu  misteri. Tenang. Bergerak pelan mengikuti ritme angin. Tapi juga suka tiba-tiba belingsatan. Dan seperti kata pepatah, “Dalamnya laut siapa yang tahu”. Yah, hanya Tuhan yang tahu dalamnya laut dan dalamnya hati-pikiran manusia. Hehehe. Seperti seorang pemuda berikut yang tertangkap oleh mata belingsatanku. 


Aku tertarik memperhatikannya, kira-kira apa yang sedang ia pikirkan. Sesekali aku menangkap ia tengah mendesah panjang sambil menatap layar handphonenya. Dia asik dengan momen yang sedang mengitarinya. Air, batu karang, pepohonan, dan sedikit angin yang menggelisahkan. Hmmm... mungkin dia tengah tersesat dalam pikirannya. Ah, itu hanya imajinasiku kok. Dia pasti akan menemukan jalan pulang juga, aku percaya itu. Sebab setiap kita, manusia, pasti akan pulang. Yang sedikit berbeda adalah oleh-oleh apa yang kita bawa pulang nanti. Sebuah jejak di pantai yang kemudian tersapu ombak, atau sebuah tulisan yang kau toreh di batu agar tak hilang. Apapun itu, menurutku semuanya tetap bermakna. Sekalipun itu adalah jejak yang tersapu oleh ombak, paling tidak kau sudah pernah meninggalkan jejakmu. Tak peduli orang lain sempat melihatnya atau tidak, Tuhan selalu Tahu.
     Satu hal lagi yang aku suka dari pantai adalah aku dapat melihat bagaimana cara Tuhan menjelaskan pada kita tentang sebuah makna perbedaan. Di pantai kau dapat melihat laut dan langit berdampingan, yah hanya berdampingan, tak perlu menyatu, karena penyatuan keduanya hanya akan menjadi sebuah fenomena yang kurang indah. Mungkin seperti itulah seharusnya sebuah perbedaan. Tak perlu dipersatukan, hanya cukup berdampingan, dan kau akan menemukan sebuah keindahan dalam kesederhanaan.
Jadi, sudahkah kau menemukan muaramu?

Pantai Pasir Padi