Karena bagiku antara
pantai dan kebahagiaan itu sama. Tak pernah cocok dengan kata “mengapa”
Hari ini aku bermain-main di sana lagi. Pantai selalu berhasil
membantuku menemukan jalan pulang. Bahwa kemanapun air bergerak, ia akan tetap
mencari muaranya, segelintir lautan. Seperti halnya manusia, kemanapun ia
bergerak, ia akan tetap mencari hatinya, seuntai rumah.
Pantai Pasir Padi. Pantai ini pantai terdekat dari rumahku. Salah satu
pantai di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Menikmati senja di sini menyenangkan, dan
hanya membutuhkan 2000 perak saja, ah bahagia itu memang sederhana. Pengunjung
yang datang ke pantai ini tak hanya menikmati suasana pantai yang sejuk, tetapi
juga dapat menikmati jajanan di sekitar pantai. Bisa menikmati kelapa muda, jagung
bakar, seafood, bakso, empek-empek,
dan jajanan lain. Selain wisata jajanan, tak jarang pula terdapat beberapa
pengunjung yang menyalurkan hobinya di sini. Mulai dari bersepeda keliling
pantai, main bola, sampai balap motor.
Seperti yang aku saksikan hari ini, beberapa pengunjung tengah bermain
pesawat terbang mini yang dilengkapi dengan remote
control. Mungkin itu sebuah perlombaan atau hanya sebuah cara saling
berbagi pengetahuan tentang pesawat terbang mini masing-masing, aku kurang
begitu tahu. Tapi yang jelas menikmati hobi sambil ditemani angin sejuk pantai
itu merupakan kenikmatan tersendiri.
Di pantai, aku suka melihat air laut yang tengah bergerak. Bagiku air
laut itu misteri. Tenang. Bergerak pelan
mengikuti ritme angin. Tapi juga suka tiba-tiba belingsatan. Dan seperti kata
pepatah, “Dalamnya laut siapa yang tahu”. Yah, hanya Tuhan yang tahu dalamnya
laut dan dalamnya hati-pikiran manusia. Hehehe. Seperti seorang pemuda berikut
yang tertangkap oleh mata belingsatanku.
Aku tertarik memperhatikannya,
kira-kira apa yang sedang ia pikirkan. Sesekali aku menangkap ia tengah
mendesah panjang sambil menatap layar handphonenya.
Dia asik dengan momen yang sedang mengitarinya. Air, batu karang, pepohonan,
dan sedikit angin yang menggelisahkan. Hmmm... mungkin dia tengah tersesat
dalam pikirannya. Ah, itu hanya imajinasiku kok. Dia pasti akan menemukan jalan
pulang juga, aku percaya itu. Sebab setiap kita, manusia, pasti akan pulang.
Yang sedikit berbeda adalah oleh-oleh apa yang kita bawa pulang nanti. Sebuah
jejak di pantai yang kemudian tersapu ombak, atau sebuah tulisan yang kau toreh
di batu agar tak hilang. Apapun itu, menurutku semuanya tetap bermakna.
Sekalipun itu adalah jejak yang tersapu oleh ombak, paling tidak kau sudah
pernah meninggalkan jejakmu. Tak peduli orang lain sempat melihatnya atau
tidak, Tuhan selalu Tahu.
Satu hal lagi yang aku suka dari pantai adalah aku dapat melihat
bagaimana cara Tuhan menjelaskan pada kita tentang sebuah makna perbedaan. Di
pantai kau dapat melihat laut dan langit berdampingan, yah hanya berdampingan,
tak perlu menyatu, karena penyatuan keduanya hanya akan menjadi sebuah fenomena
yang kurang indah. Mungkin seperti itulah seharusnya sebuah perbedaan. Tak
perlu dipersatukan, hanya cukup berdampingan, dan kau akan menemukan sebuah
keindahan dalam kesederhanaan.
Jadi, sudahkah kau menemukan
muaramu?
Pantai Pasir Padi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar