Kamis, 19 Juni 2014

Ketika ada Kabar Dolly ditutup



Hari ini saya mendengar Dolly akan ditutup. Yah, Dolly, begitu mendengar nama ini pikiran sontak langsung mengarah ke satu maksud, tempat prostitusi, bahasa sederhananya demikian. Saya setuju Dolly ditutup, tapi yang tidak saya setuju reaksi segelintir manusia di luar arena yang kemudian mulai menggunakan takaran dosa untuk menyatakan kata setuju mereka. Dosa, menurut saya kurang adil jika kita mengukur kehidupan manusia lain berdasarkan dosa. Karena, setiap manusia tidak ada yang mempunyai takaran dosa yang pas untuk mengukur dosa orang lain. Itu tidak bijaksana untuk menyatakan kepedulianmu kepada saudaramu, bung! Hehehe.
Saya lebih senang jika kita memandang dari sisi kemanusiaan saja. Saya setuju dilakukan penutupan karena mereka (para pekerja di dalam arena) berhak untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak lagi. Saya memandang kelayakan ini dari beberapa hal:
1.    Security and healthy
Keamanan dan kesehatan. Pekerjaan yang melibatkan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, kurang menjamin keamanan dan kesehatan. Penularan berbagai penyakit dapat terjadi. Selain itu, apakah pekerjaan tersebut juga ada jaminan keamanan untuk para pekerjanya? Dari kekerasan paling tidak. Tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan psikis. Apakah ada yang menjamin mereka akan terhindar dari itu?
2.    Apresiasi
Pekerjaan ini hampir tidak mendatangkan apresiasi saya rasa. Menurut saya, sebagian besar para klien/ pemakai jasa, datang dan membayar bukan untuk mengapresiasi hasil kerja mereka. Mereka datang untuk kepentingan “urusan” pribadi, untuk memuaskan suatu “insting atau kebutuhan dasar” mereka. Mereka (para pekerja) lebih layak memperoleh pekerjaan yang akan mendatangkan apresiasi buat mereka.
3.    Perkembangan anak-anak dan kehidupan keluarga mereka
Anak-anak layak memperoleh lingkungan yang baik untuk perkembangan mereka, tak terkecuali anak-anak para pekerja di Dolly. Anak-anak membutuhkan figur yang ajeg mengenai orang tua mereka. Figur yang kemudian akan menjadi panutan (role model) bagi mereka. Memperoleh area yang layak bagi mereka untuk bermain dan belajar. Area bermain dan belajar yang mendukung tahap perkembangan mereka.
Saya percaya setiap kita mempunyai sisi-sisi kemanusiaan yang sama, yang lebih bijaksana untuk dijadikan sebuah alasan untuk mendukung kebijakan ini. Sebuah alasan yang lebih manusiawi dan menghargai kehidupan mereka (para pekerja di Dolly). Yang lebih adil, dibanding jika menggunakan takaran dosa. Saya rasa tidak ada yang terlalu berkenan jika dosa-dosanya sudah mulai dibanding-bandingkan, diukur, ditimbang-timbang, untuk memandang kualitas hidupnya.
Selamat siang, tetap selamat berbagi, dan semoga kehidupan anda semakin bahagia ^_^

Pangkal Pinang, 19 Juni 2014
Ariera

2 komentar:

  1. Bagus.. Tanggal Postingnya 19 Juni

    BalasHapus
  2. Hahaha... Ya ya ya. Ultahe peyan dirayakan dg penutupan Dolly :D

    BalasHapus