Senin, 11 Juni 2012

Bantu Aku Melihat Masa Depan Tanpa Recehan



Pernahkah kakak melihat segerombolan anak kecil sedang meminta-minta di perempatan .jalan Dieng? Apa yang kakak pikirkan pertama kali ketika melihatnya? Iba? Gerah? Kasihan dan berpikir bahwa seharusnya mereka tidak ada di sana?
Salah satu dari mereka adalah aku, si pengemis jalanan.

Yah, kak, seperti yang kakak lihat, pekerjaanku adalah meminta-minta, aku mengharapkan recehan dan uang kertas dari kalian. Aku butuh tengokan kalian.

Aku tahu, kakak tak berharap aku ada di sini, meminta-minta di jalanan. Tapi, kak, aku suka melakukannya, aku suka ketika membayangkan bahwa recehan dari kakak akan tetap membuatku berada di sekolah. Bahwa recehan ini untuk membeli LKS di sekolah.

Aku seperti anak-anak lainnya. Aku suka bermain. Aku suka belajar. Aku suka sekolah. Tapi aku berbeda. Aku harus “bekerja”, begitulah seringnya ibuku berkata. Ibuku tak punya banyak uang, dan aku harus tetap membantunya. Mencari nafkah di jalanan dengan meminta-minta.

Tapi, kak, aku sering merasa sedih ketika melihat tatapan gerah kalian. Kalian sering berpura-pura menganggap kami tak ada. Hina kah pekerjaan kami? Apa yang seharusnya kami lakukan?

Jika memang ini menurut kalian tak benar, apa yang seharusnya kami lakukan? Kami butuh tengokan kalian, butuh uluran tangan kalian, dan kami butuh tetap sekolah. Bantulah kami melihat masa depan walau tanpa recehan. Berilah kami senyuman walau tanpa recehan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar