Pernahkah kakak melihat
segerombolan anak kecil sedang meminta-minta di perempatan .jalan Dieng? Apa
yang kakak pikirkan pertama kali ketika melihatnya? Iba? Gerah? Kasihan dan
berpikir bahwa seharusnya mereka tidak ada di sana?
Salah satu dari mereka adalah aku, si pengemis
jalanan.
Aku tahu, kakak tak berharap aku ada di sini,
meminta-minta di jalanan. Tapi, kak, aku suka melakukannya, aku suka ketika
membayangkan bahwa recehan dari kakak akan tetap membuatku berada di sekolah.
Bahwa recehan ini untuk membeli LKS di sekolah.
Aku seperti anak-anak lainnya. Aku suka bermain. Aku
suka belajar. Aku suka sekolah. Tapi aku berbeda. Aku harus “bekerja”, begitulah
seringnya ibuku berkata. Ibuku tak punya banyak uang, dan aku harus tetap
membantunya. Mencari nafkah di jalanan dengan meminta-minta.
Tapi, kak, aku sering merasa sedih ketika melihat
tatapan gerah kalian. Kalian sering berpura-pura menganggap kami tak ada. Hina
kah pekerjaan kami? Apa yang seharusnya kami lakukan?
Jika memang ini menurut kalian tak benar, apa yang
seharusnya kami lakukan? Kami butuh tengokan kalian, butuh uluran tangan
kalian, dan kami butuh tetap sekolah. Bantulah kami melihat masa depan walau
tanpa recehan. Berilah kami senyuman walau tanpa recehan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar